Tradisi Undangan Pecotan di Probolinggo
Sebuah acara pernikahan atau khitanan pasti memiliki keunikan di setiap daerah. Mulai dari proses upacara hingga makanan yang disajikan.Begitu pula dengan tradisi lama seperti pecotan yang ada di wilayah pendalungan termasuk Kraksaan dan Kabupaten Probolinggo. Keunikan tradisi ini terletak pada cara mengundang orang untuk datang ke sebuah acara pernikahan atau khitanan.
Tradisi mengundang orang yang dikenal pecotan sudah berlangsung secara turun-temurun dan masih dilakukan sebagian besar penduduk yang berada di pedesaan. Pecotan sebetulnya diambil dari Bahasa Madura yaitu pecot (cambuk). Kata ini digunakan sebagai simbolisasi dari sebuah keharusan atau kewajiban bagi penerima undangan untuk menghadiri sebuah acara. Apalagi jika yang mempunyai hajat jarang sekali berkomunikasi atau bertemu dengan pihak yang diundang.
Alasan lain penggunaan kata ini karena adanya budaya Kerapan Sapi dimana sapi-sapi yang dipertandingkan harus dipecut (dicambuk) agar bergegas lari. Bukan berarti yang diundang disamakan dengan hewan atau sapi karena terkadang simbolisasi yang digunakan terkesan kasar bagi masyarakat lain yang belum terbiasa dengan kehidupan sehari-hari penduduk Madura dan keturunannya.
Keunikan tradisi undangan pecotan di Probolinggo terletak pada wujud undangan. Jika di daerah lain undangan diwujudkan dalam bentuk selembar kertas dengan bermacam bentuk, maka di daerah Kraksaan dan Kabupaten Probolinggo undangan tertulis pada sebuah sabun dan sebungkus rokok. Biasanya, undangan sabun ditujukan pada wanita dan undangan rokok ditujukan pada laki-laki. Sekotak sabun dan sebungkus rokok dipilih karena memiliki nilai ekonomis dan banyak digunakan masyarakat. Nilai ekonomis tersebut dianggap lebih menghargai yang diundang daripada selembar kertas undangan yang tidak ada nilainya. Perihal acara, tempat, dan waktu biasanya ditempel pada bagian luar pembungkus rokok dan sabun. Pemilihan sabun dan rokok juga menjadi alternatif paling murah untuk memberi undangan yang memiliki nilai ekonomis.
Alasan lain yang beredar di masyarakat yaitu kewajiban datang dengan memberikan uang atau angpao. Budaya mengembalikan hadiah berupa uang masih dapat dijumpai di wilayah ini, namun hal ini hanya dilakukan jika yang memiliki hajat pernah memberikan hadiah berupa uang kepada yang diundang pada acara serupa. Memang sedikit terlihat seperti utang piutang dan menghilangkan kesan ikhlas atau sekedar memberi hadiah.Walaupun menjadi sebuah keharusan, tidak ada sanksi adat apapun jika yang diundang tidak dapat hadir atau mengembalikan pemberian sebelumnya, namun biasanya akan menjadi catatan tersendiri secara pribadi si pemilik hajat seperti sebuah luka setelah dipecut (dicambuk).
Bagaimanapun juga, tradisi undangan pecotan di Probolinggo sudah mendarah daging sehingga tidak menimbulkan keterpaksaan guna menghadiri sebuah acara. Hingga saat ini tradisi ini masih banyak dijumpai di wilayah pesisir Kraksaan dan wilayah selatan Kabupaten Probolinggo. Sabun dan rokok juga masih menjadi menjadi pilihan utama untuk memberikan udangan pecotan. (fik)
apakah masih ada tradisi
pecotan di madura itu